MENGKAJI 3 JURNAL MENGENAI PENYAKIT KESEHATAN, BIPOLAR

 1. latar belakang

kesehatan bipolar sering sekali terjadi di dalam lingkup masyarakat, kesehatan ini juga sangat penting untuk menunjang kebahagiaan hidup yang bisa menambah parameter kesenangan.

kesehatan mental juga bisa menjadi sebuah penyakit yang menganggu kepribadian mau pun pribadi si pasien, semisal bipolar ia akan merasakan sebuah lonjakan perubahan emosi yang tiba tiba, Semisal yang awalnya Sedih berubah menjadi bahagia dan senang dalam sesaat atau begitu juga sebaliknya.

bipolar biasanya muncul atau kambuh ketika ada suatu stimulus yang membuat perasaan pasien menjadi tak menentu, atau biasanya hal ini dialami oleh beberapa penyebab mulai dari trauma masa lalu atau obat obat an kimia dalam dosis yang banyak. 

bipolar tidak hanya menyerang masyarakat dewasa, bahkan beberapa sudah menyerang remaja yang dapat menganggu proses aktivitas belajarnya semakin tidak efisien dan perkembangan pemikiran yang terganggu dikarenakan hal hal takut yang tak berdasar.

menurut world health organization (WHO), penyakit bipolar diindonesia mencapai 72.860 jiwa, dari data diatas pasien pengidap bipolar sangat banyak dan semakin bertambah setiap waktunya. oleh karena itu kita selaku keluarga pasien atau teman terdekat harus menjaga kondisi kebahagiaan anak dan tidak menimbulkan trauma yang dapat menyebabkan bipolar.


2. Tujuan

a. supaya mengetahui pengetahuan mengenai penyakit bipolar dalam lingkup masyarakat 

b. mensosialisasikan kepada remaja bahwa penyakit kesehatan bipolar dapat menganggu keseimbangan hidup dan memberitahukan bagaimana mencegah terjadinya bipolar


3. Hasil penelitian jurnal mengenai bipolar

a. Gangguan bipolar ( Ns. Bunga permata we my, S.kep, M. kep)

Jurnal tersebut membahas mengenai pasien bipolar biasanya jarang terdiagnosis atau kurangnya diagnosis dini, padahal hal tersebut dapat mencegah terjadinya 

    1. upaya bunuh diri

    2. penggunaaan alkohol dan zat terlarang

    3. masalah pernikahan dan pekerjaan

    4. peningkatan kormodibilitas

perawatan pasien bipolar biasanya disesuaikan dengan fase manik tertentu : akut, lanjut, pemeliharaan. dari fase fase tersebut terungkap bagaimana cara mengatasi dan perobatan yang efektif dan tepat untuk pasien.

selama fase akut biasanya perencanaan akan berfokus pada stabilisasi medis hal ini mencakup dalan pola makan dan waktu jam tidur yang disesuaikan

lalu kemudian fase lanjut biasanya untuk mempertahankan renjimen pengobatan, dalam fase ini sangat ditekankan dalam pengaturan obat yang bisa menenangkan pasien

terakhir ada fase pemiliharan, DI fase ini pasien akan sangat di awasi dalam hal psikologi dan mood yang sangat di cek setiap harinya.


B. PENGALAMAN TERDIAGNOSIS BIPOLAR : sebuah interpretative phenomenological analysis ( Rani anggraeni purba, yohanis franz la kahija) 

jurnal ini membahas mengenai pengalaman pasien yang terdiagnosis bipolar dan topik yang terkandung dalam jurnal ini dibagi menjadi 3 yaitu : 

1. fokus pada psiklogis pradiagnosis

pasien pertama adalah "D" ia merasa sangat tidak dekat kepada orang tua nya, hal itu disebabkan ketika ia berusia 5 tahun "D" tidak diasuh oleh orang tuanya. dia juga pernah menjadi korban pelecehan seksual namun ia tidak memberitahukan nya kepada siapapun.

entah itu keluarga dan teman, apalagi kondisi "D" disekolah juga sering mengalami bullying dari teman teman seumurannya. ia merasa sangat sendirian dalan menghadapi apapun yang ia alami, "D" juga berusaha menarik perhatian temannya dan dia berani menyilet tangannya.

bahkan ketika kondisi sedang membaik, ia seringkali mengalam emosi marah yang melonjak tiba tiba, ketika ia mencari apa yang ia alami "D" merasa mengalami gejala bipolar yang serupa.

Lalu pasien kedua adalah "R" dia juga kerap menjadi korban bullying dari teman temannya, kerap sekali mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan namun "R" sendiri hanya bersikap pasrah dan tidak memberitahu kepada siapapun. dia hanya berpikir apakah dia bisa membalaskan dendamnya kepada teman nya dan dia juga merasa ketakutan dalam persoalan agama, karena hal hal yang dialaminya ia memberanikan diri mengecek ke rumah sakit jiwa dan mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.


2. fOKUS PENGALAMAN PENDERITA BIPOLAR

kedua pasien diatas mengalami banyak gagasan ide yang muncul dalam pikiran mereka, pasien tersebut merasa sangat sulit mengendalikan emosinya dan kerap sekali kambuh dan hilang secara tiba tiba, mereka juga sangat mudah tersinggung dan "mood swing" nya dapat berubah tiba tiba.

saat berada DI fase yang begitu parah salah satu dari pasien bahkan mengalami halusinasi yang jarang diliat oleh orang lain, pasien tersebut merasa tertekan dan sangat frustasi akan adanya penyakit yang menimpannya bahkan saking parahnya "R" merasa bahwa dirinya telah dipersiapkan tuhan untuk menjadi nabi, disamping itu ia juga merasa bahwa hal itu sangatlah tidak mungkin terjadi.


3. FOKUS PADA PENERIMAAN DIRI PENDERITA BIPOLAR

Pasien juga mulai menerima dirinya masing masing, "R" yang merasa tidak menyangka bahwa dirinya mengalami bipolar mulai bla jar caranya menghargai dan mengendalikan dirinya

namun kebalikannya "D" sangat senang karena telah mengetahui apa penyebab dari pertanyaan atau sifatnya yang terkadang berubah secara tiba tiba. dalam wawancara penulis jurnal ini berdiagnosis bahwa penerimaan diri penderita dapat berpengaruh dari mood yang sedang ia alami.

Setelah mendapatkan data, peneliti menganalisis hasil wawancara masing-masing partisipan dan menemukan delapan tema superordinat yang kemudian dikategorikan lagi menjadi tiga tema besar. Tema pertama yaitu fokus pada keadaan psikologis pradiagnosis. Fokus ini mencakup tiga twma superordinat, yaitu (1) menjalani hidup yang stressful, (2) dampak hidup yangstressful, dan (3) kesadaran akan adanya gangguan. Tema kedua yaitu fokus pada pengalaman sebagai penderita bipolar. Fokus ini mencakup tiga tema superordinat, yaitu (1) perubahan mood yang dialami, (2) dampak diagnosis bipolar, dan (3) konflik batin. Tema terakhir yaitu, fokus pada penerimaan diri sebagai penderita bipolar. Fokus ini mencakup tiga tema superordinat, yaitu (1) upaya menerima keadaan, (2) pentingnya dukungan sosial, (3) dan harapan inidividu.Peneliti menemukan bahwa temuan-temuan dalam riset ini dapat memberi sumbangan informasi dalam bidang psikologi klinis. Selain itu bermanfaat bagi psikolog dalam aktivitas mereka untuk memahami peran faktor psikososial dalam penyebab terjadinya gangguan bipolar dan mengupayakan keseimbangan hidup penderita bipolar dari faktor psikososial itu juga. Penelitian ini juga menyoroti perlunya mempertimbangkan individual difference dalam mengupayakan penerimaan diri para penderita bipolar

3. INTERVENSI PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN BIPOLAR: KAJIAN LITERATUR

Gangguan bipolar merupakan suatu bentuk gangguan yang terjadi pada kondisi suasana hati yang berubah-ubah secara signifikan dan ekstrem pada penderitanya. Dilansir oleh Ryan dan Jacki (2004) bahwa orang dengan gangguan bipolar mengalami fluktuasi luas dalam suasanahatinya, baik pada suasana hati yang begitu „baik‟ atau suasana hati yang begitu „buruk‟ pada dirinya. Hal tersebut disebabkan karena kondisi suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara kondisi baik atau bahagia (mania) dan buruk atau kesedihan (depresi), dan berada pada tingkat yang berlebihan dari batas kewajaran. Keadaan ayng terjadi pada penderita bipolar juga diutarakan oleh Samosir (2015), seorang psikiater, yang menyatakan bahwa bipolar secara sederhana merupakan gangguan suasana perasaan yang dicirikan dengan adanya dua kutub ekstrim emosi. Dua kutub emosi itu berlawanan dan dapat berganti secara tiba-tiba tanpa diketahui kapan waktu „kambuhnya‟. Pada mania (manic) atau emosi gembira yang berlebihan dapat terjadi ketika seorang penderita gangguan bipolar menjadi sangat bersemangat, hiperaktif, dan antusias, sedangkan pada depresi atau emosi sedih yang berlebihan dapat terjadi ketika penderitanya menjadi sangat pesimis, putus asa, gelisah, tekanan pikiran, tidak berdaya, bahkan dapat muncul keinginan untuk melakukan bunuh diri.

menurut data dari National Comorbidity Survey Adolescent Supplement (NCS-A) prevalensi dari kelompok remaja berusia 13-18 tahun, didapatkan sebanyak 2.9% remaja mengalami gangguan bipolar, dan 2,6% diantaranya mengalami penurunan fungsi yang berat. Pada data ini juga ditemukan prevalensi gangguan bipolar yang lebih tinggi pada remaja wanita (3.3%) dibandingkan dengan remaja pra( 2.6%).Banyak faktor yang menyebabkan penderita gangguan bipolar mengalami kondisi tersebut, baik faktor biologis maupun faktor yang berasal dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi kondisi individu dengan gangguan bipolar (smith, 2011). Akan tetapi, genetika memainkan peran yang lebih besar daripada yang mereka lakukan dengan depresi unipolar. Berdasarkan pandangan tersebut, faktor genetika dapat memberikan pengaruh apabila seorang anak lahir dari salah satu atau kedua orang tua yang menderita gangguan bipolar, sehingga anak tersebut memiliki resiko untuk mengalami gangguan yang sama. Pada faktor lingkungan, seperti keluarga, dapat menjadi salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi kondisi individu dengan gangguan bipolar. Cara anggota keluarga dalam mengungkapkan atau mengekspresikan emosi terhadap anggota lain di keluarganya yang menderita gangguan bipolar merupakan suatu faktor interaksi yang dapat menyebabkan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi pada individu dengan gangguan BIPOLAR


4.PENUTUP

dalam hal ini saya dapat  menyimpulkan bahwa bipolar adalah Suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif/tertekan ke tertinggi/manik.

Penyebab pasti gangguan bipolar tidak diketahui, namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak yang berubah mungkin berperan atas terjadinya gangguan

bipolar  juga dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu akut, lanjut dan pemiliharaan, pasien yang terkena bipolar biasanya dikarenakan oleh trauma masa kecil, obat obat an, alkohol dan bahan kimia lainnya.

bipolar sendiri biasanya hanya bisa dirasakan oleh pasien itu sendiri namun ada baiknya ketika mendapat gejala bipolar segera mengecek ke psikolog atau rumah sakit terdekat, bipolar juga bisa diobati melalu terapi namun tidak menghilangkan hanya menekan dan mengendalikan bipolar itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Rani Anggraeni Purba, Yohanis Franz La Kahija (2017). PENGALAMAN TERDIAGNOSIS BIPOLAR: SEBUAH INTERPRETATIVE HENOMENOLOGICAL ANALYSIS 

Ns. Bunga Permata Wenny, S. Kep, M. Kep (2023), GANGGUAN BIPOLAR.

Efri Widianti*, Afriyanti, Ni Putu Santhi Dewi Saraswati, Asti Utami, Ladia Nursyamsiah, Vica Cahya Ningrum, Vadissa Nandia Putri, Lia Ustami (2021).  INTERVENSI PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN BIPOLAR: KAJIAN lITERATUR


Komentar

Postingan populer dari blog ini

menemukan diri dalam kajian seni rupa